Rabu, 03 Juni 2015

Teknik Pemeriksaan Ankle Joint


Ankle Joint (pergelangan kaki) merupakan persendian yang paling sering mengalami cidera pada orang dewasa. Penentuan bagaimana penanganannya biasanya hanya berdasarkan pemeriksaan klinis dan interpretasi dari foto rontgen. 


Anatomi Fisiologi

Stabilitas pada Mortise ankle tergantung pada struktur tulang-tulang dan ligamen. Persendian utama berada diantara talus dan cekungan tibia. talus yang berbentuk seperti pelana kuda sangat pas posisinya dengan cekungan tibia dan benturan kecil saja pada keharmonisan dari tibiotalar joint ini akan mengurangi contact area dan akan membebani articular cartilago yang akan menyebabkan arthrosis. 
Pada sisi medial talotibial joint di topang dengan kuat oleh medial malleolus dan ligamen medial collateral, yang lebih kuat dari ligamen di sisi lateralnya. Pada sisi lateral ada penopang fleksibel yang dibentuk oleh lateral complex yang terdiri dari fibula, syndesmosis dan lateral Collateral bands.



Ligamen tibiofibula anterior dan posterior sering disebut sebagai syndesmosis anterior dan posterior. Ligamen lateral collateral menghubungkan distal fibula dengan talus dan calcaneus. Fleksibilitas dari lateral complex membuat talus dan fibula bergerak dan berputar selama gerakan normal dari ankle. Pergerakan fibula ini pada syndesmosis merupakan bagian penting dari fungsi normal ankle. 

Teknik Radiografi

Proyeksi yang sering digunakan pada pemeriksaan ankle joint adalah AP dan Lateral. Namun untuk memperjelas gambaran radiograf dari ankle khususnya proyeksi AP digunakan proyeksi yang disebut dangan Mortise View. Berikut adalah Teknik radiograf dan masing-masing proyeksi tersebut.

Proyeksi AP (Kaset ukuran 18x24 Cm, tanpa Grid) 

Posisi Pasien

Pasien diminta untuk supine di atas meja pemeriksaan. Untuk pemeriksaan ankle joint ini tidak disarankan diambil posisi pasien erect. Hal ini dikarenakan klinis-klinis yang membawa seseorang di foto ankle joint nya biasanya adalah kasus cidera pada ankle joint yang menyebabkan fraktur, dislokasi maupun ruptur pada ligamen. Jadi posisi pasien yang erect dikhawatirkan akan menambah rasa sakit pada pasien.

Posisi Objek

Bagian pertengahan ankle diposisikan pada pertengahan kaset dengan jari-jari kaki menghadap ke atas. Untuk proyeksi AP ini, kaki tidak dirotasikan kemana pun, jadi minta pasien untuk menahan posisi jari-jari kaki menghadap ke atas ini selama pemeriksaan berlangsung.

Central Ray (CR) dan Central Point (CP)

CR diarahkan tegak lurus vertikal terhadap kaset dengan CP pada pertengahan dari kedua malleolus (medial dan lateral malleolus). Malleolus adalah bagian yang terasa menonjol pada bagian samping dari ankle joint. Medial malleolus merupakan tonjolan yang bisa terasa pada sisi bagian dalam ankle joint yang merupakan milik dari os Tibia sedangkan Lateral malleolus merupakan tonjolan yang bisa terasa pada sisi bagian luar ankle joint yang merupakan milik dari os Fibula.


Proyeksi Lateral

Posisi Pasien


Pasien diposisikan duduk di atas meja pemeriksaan dengan kedua tungkai kaki diluruskan.

Posisi Objek


Tungkai kaki dari ankle joint yang akan diperiksa dirotasikan lateral sesuai dengan bagian mana yang terasa sakit. Jika bagian medial yang sakit, maka rotasikan kaki sampai bagian medial menempel pada kaset, begitu sebaliknya. Bagian tungkai kaki yang tidak diperiksa, difleksikan sehingga menjauhi ankle joint yang akan diperiksa. Kedua lengan tangan menempel pada meja pemeriksaan. Ini semua dimaksudkan agar pasien merasa nyaman dengan posisi ini.


Central Ray (CR) dan Central Point (CP)


CR diarahkan tegak lurus vertikal terhadap kaset. Pada proyeksi mediolateral (sinar lebih dulu pada sisi medial) maka CP pada Medial Malleolus, kemudian pada proyeksi lateromedial (sinar lebih dulu pada sisi lateral) maka CP pada Lateral  Malleolus.

Proyeksi Mortise View

Bagian pertengahan ankle diposisikan pada pertengahan kaset kemudian kaki di rotasikan ke arah dalam (endorotasi) sebesar 15 derajat. Hal ini dimaksudkan agar ketinggian lateral malleolus sejajar dengan medial malleolus (dalam kondisi kaki lurus tanpa rotasi, lateral malleolus lebih rendah dibandingkan dengan medial malleolus), sehingga nantinya akan memperlihatkan dengan jelas kedua space persendian baik lateral maupun medial.

Central Ray (CR) dan Central Point (CP)

CR diarahkan tegak lurus vertikal terhadap kaset. Pada proyeksi mediolateral (sinar lebih dulu pada sisi medial) maka CP pada Medial Malleolus, kemudian pada proyeksi lateromedial (sinar lebih dulu pada sisi lateral) maka CP pada Lateral Malleolus. 

DOSIMETRI

Dosimetri adalah ilmu yg mempelajari berbagai besaran dan satuan dosis radiasi.
a.  Dosis Serap
Dosis serap adalah energi rata-rata yang diserap bahan per satuan massa bahan tersebut. Satuan dosis serap adalah joule/kg atau gray (Gy) . Secara sistematis, dosis serap (D) dirumuskan dengan :
D = dE/dm
Keterangan :
dE = energi yg diserap
dm = massa bahan
Jika dE dalam Joule (J) dan dm dalam kilogram (Kg), maka satuan dari D adalah J.Kg-1. Dalam system SI besaran dosis serap diberi satuan khusus, yaitu Gray dan disingkat Gy, dimana :
1 Gy = 1 J.Kg-1
Sebelum satuan SI digunakan, dosis serap diberi satuan erg/gr, dan diberi nama satuan khusus rad (radiation absorbed dose), dimana 1 rad setara dengan 100 erg/gr. Dari kedua satuan dosis serap tersebut diperoleh hubungan sebagai berikut :
1 rad = 100 erg/gr
1 rad = 10-2 J.Kg-1
1 rad = 10-2 Gy atau 1 Gy = 100 rad
Dalam proteksi radiasi, dosis serap merupakan besaran dasar. Turunan dosis serap terhadap waktu disebut laju dosis serap dan dirumuskan dengan persamaan:
D = dD/dt
Laju dosis serap mempunyai satuan dosis serap persatuan waktu. Dalam system SI, laju dosis serap dinyatakan dalam Gy.s-1.
b.  Dosis Ekuivalen (H)
Dosis ekuivalen merupakan perkalian dosis serap dan faktor bobot radiasi. Faktor bobot radiasi adalah besaran yang merupakan kuantisasi radiasi untuk menimbulkan kerusakan pada jaringan/organ. 
Dosis ekuivalen pada prinsipnya adalah dosis serap yang telah diterima dikalikan dengan faktor bobotnya. Faktor bobot radiasi ini dikaitkan dengan kemampuan radiasi dalam membentuk pasangan ion persatuan panjang lintasan. Semakin banyak pasangan ion yang dapat dibentuk persatuan panjang lintasan, semakin besar pula nilai bobot radiasi itu. Dosis ekuivalen dalam organ T yang menerima penyinaran radiasi R (HT.R) ditentukan melalui persamaan:
HT.R = wR . DT.R
Dengan :
HT.R  =   dosis ekuivalen (Sv)
DT.R = dosis serap yang dirata-rata untuk daerah organ atau jaringan T yang           menerima radiasi R (Gy)
w =    faktor bobot dari radiasi R
ICRP melalui Publikasi ICRP Nomor 60 Tahun 1990 menerapkan nilai wR berdasarkan pada jenis dan energy radiasi seperti disajikan pada Tabel 2.1
Jenis dan Rentang Energi Radiasi
wR
-          Foton semua energi
-          Elektron dan Muon, semua energi
-          Neutron dengan energy (En) :
                   En ≤ 10 keV
10    keV < En ≤ 100 keV
100  keV < En ≤ 2 MeV
2     MeV < En ≤ 20 MeV
                    En > 20 MeV
-          Proton selain proton terpental (recoil), energy > 2 MeV
-          Partikel α hasil belah, inti berat
1
2

5
10
20
10
5
5
20
Tabel 2.1 Faktor Bobot Radiasi untuk Beberapa Jenis dan Energi Radiasi
Mengingat faktor bobot tidak berdimensi, maka satuan dari dosis ekuivalen dalam SI sama dengan satuan untuk dosis serap, yaitu dalam J.Kg-1. Namun untuk membedakan antara kedua besaran tersebut, dosis ekuivalen diberi satuan khusus, yaitu Sievert dan disingkat dengan Sv. Sebelum digunaka satuan SI, dosis ekuivalen diberi satuan Rem (Roentgen equivalent man) yang besarnya :
1 Sv = 100 Rem
c.   Dosis Efektif (E)
Dosis efektif adalah besaran dosis yang memperhitungkan sensitifitas organ/jaringan. Tingkat kepekaan organ/jaringan tubuh terhadap efek stokastik akibat radiasi disebut faktor bobot organ/jaringan tubuh (Wt) . Dosis efektif merupakan hasil perkalian dosis ekivalen dengan faktor bobot jaringan/organ.  Dosis efektif dalam organ T, HE yang menerima penyinaran radiasi lengan dosis ekuivalen HT ditentukan melalui persamaan :
HE = wT . HT.R
Dengan :
HE        = dosis efektif (Sv)
wT       = factor bobot jaringa tubuh
HT.R     = dosis ekuivalen organ yang menerima penyinaran (Sv)
ICRP (International Commission on Radiological Protection) melalui Publikasi ICRP Nomor 60 Tahun 1990 menetapkan nilai wT yang dikembangkan dengan menggunakan ‘manusia acuan’. Nilai wT untuk berbagai jenis jaringan disajikan pada Tabel 2.2

Jenis Jaringan / Organ
wT (mSv)
-          Gonad
-          Sumsum Tulang Merah
-          Usus Besar
-          Paru-Paru
-          Lambung
-          Bladder
-          Payudara
-          Hati
-          Oesophagus
-          Thyroid
-          Kulit
-          Permukaan Tulang
-          Organ Sisa
0,20
0,12
0,12
0,12
0,12
0,05
0,05
0,05
0,05
0,05
0,01
0,01
0,05

d.  Paparan
Paparan pada mulanya merupakan besaran untuk menyatakan intensitas sinar-X yang dapat menghasilkan ionisasi di udara dalam jumlah tertentu. Berdasarka definisi tersebut, maka paparan (X) dapat dirumuskan dengan :
X = dQ / dm
dengan dQ adalah jumlah muatan electron yang timbul sebagai akibat interaksi antara foton dengan atom-atom udara dalam volume udara bermassa dm. besaran paparan ini mempunyai satuan Coulomb per kilogram-udara (C.Kg-1) dan diberi nama khusus roentgen, disingkat R.

e.   Dosis Koleltif 
Dosis kolektif adalah dosis ekivalen atau dosis efektif yang digunakan apabila terjadi penyinaran pada sejumlah besar populasi peduduk. Penyinaran ini biasanya muncul akibat kecelakaan nuklir atau kecelakaan radiasi. Simbol besaran untuk dosis kolektif adalah ST dengan satuan sievert-man (Sv-man). 
Dosis ekivalen/dosis efektif yg dipergunakan apabila terjadi penyinaran pada sejumlah besar populasi (penduduk). Penyinaran ini biasanya muncul apabila terjadi kecelakaan nuklir/radiasi. Dalam hal ini perlu diperhitungkan distribusi dosis radiasinya dan distribusi populasi yg terkena penyinaran.
 S = p x H
Keterarangan :
H= Dosis ekivalen
p= jumlah populasi (penduduk)
f.    Kerma
Dalam hal radiasi ionisasi langsung, seperti misalnya sinar-X dan netron cepat, kadang-kadang kita berkepentingan dengan energi kinetik awal dari partikel-partikel penyebab ionisasi utama (fotoelektron, elektron Compton, atau pasangan positron-negatron dalam kaitannya dengan radiasi foton dan inti yang terhambur sehubungan dengan netron cepat yang dihasilkan melalui interaksi radiasi insiden per satuan massa medium yang berinteraksi. Kuantitas (besaran) ini disebut sebagai kerma, dan dalam satuan SI diukur dalam satuan joule per kilogram, atau gray (atau dalam sistem satuan sebelumnya dalam rad).
Kerma menurun secara kontinu bersama dengan bertambahnya kedalaman dalam medium penyerap, karena dosis yang diserap meningkat bersama bertambahnya kedalaman karena densitas partikel-partikel penyebab ionisasi utama dan ionisasi sekunder yang dihasilkan juga meningkat, sehingga dicapai suatu nilai maksimum. Setelah nilai maksimum itu, dosis yang terserap menurun bersama dengan menurunnya kedalaman secara kontinu. Dosis maksimum yang terjadi pada suatu kedalaman hampir sama dengan jangkauan maksimum partikel-partikel penyebab ionisasi utama (primer).

Kode Etik radiografer

  Kode Etik radiografer
A.   Mukadimah
Ahli Radiografi adalah salah satu profesi yang baik langsung maupun tidak langsung ikut berperan didalam upaya menuju kesejahteraan fisik material dan mental spiritual bagi masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, segala sesuatu yang menyangkut profesi Ahli Radiografi selalu berorentasi kepada tuntutan masyarakat. Ahli Radiografi adalah suatu profesi yang melakukan pelayanan kepada masyarakat, bukanlah profesi yang semat-mata pekerjaan untuk mencari nafkah, akan tetapi merupakan pekerjaan kepercayaan, dalam hal ini kepercayaan dari masyarakat yang membutuhkan pelayanan profesi, percaya kepada ketulusan hati, percaya kepada kesetiaannya dan percaya kepada kemampuan profesionalnya.
Adanya limpahan dari anggota masyarakat tersebut, menuntut setiap anggota profesi agar dalam mempersembahkan pelayanan dengan cara yang terhormat, dengan disadari sepenuhnya bahwa anggota profesi selain memikul tanggung jawab kehormatan pribadi, juga memikul tanggung jawab terhadap kehormatan profesi dalam mengamalkan pelayanannya. Dan disamping itu juga dengan penuh kesadaran bahwa pelayanannya merupakan bagian dari upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Oleh sebab itu Anggota Profesi Ahli Radiografi memandang perlu menyusun rumusan-rumusan sebagai indikasi dengan harapan dapat menjadi ikatan moral bagi anggota - anggotanya. Dan anggota Profesi Radiologi menyadari sepenuhnya bahwa hanya karena bimbingan Tuhan Yang Maha Esa anggota Profesi Ahli radiografi dapat melaksanakan tugas pengabdiannya demi kepentingan kemanusiaan, bangsa dan Negara dengan berdasarkan pancasila dan UUD 1945.
B. Kewajiban Umum
1. Setiap Anggota Radiografi di dalam melaksanakan pekerjaan profesinya tidak diizinkan membeda-bedakan kebangsaan, kesukuan, warna kulit, jenis kelamin, agama, politik serta status sosial kliennya.
2. Setiap Anggota radiografi didalam melaksanakan pekerjaan profesinya selalu memakai standar profesi.
3. Setiap Ahli radiografi Indonesia didalam melaksanakan pekerjaan profesi, tidak diperbolehkan melakukan perbuatan yang dipengaruhi pertimbangan keuntungan pribadi.
4. Setiap Ahli radiografi Indonesia didalam melaksanakan pekerjaan profesinya, selalu berpegang teguh pada sumpah jabatan dan kode etik serta standar profesi Ahli Radiografi.
C. Kewajiban Terhadap profesinya
1. Ahli Radiografi harus menjaga dari menjunjung tinggi nama baik profesinya.
2. Ahli Radiografi hanya melakukan pekerjaan radiografi, Imejing dan radioterapi atas permintaan Dokter dengan tidak meninggalkan prosedur yang telah digariskan.
3. Ahli Radiografi tidak dibenarkan menyuruh orang lain yang bukan Ahlinya untuk melakukan pekerjaan radiografi, Imejing dan Radioterapi.
4. Ahli Radiografi tidak dibenarkan menentukan diagnosa Radiologi dan perencanaan dosis Radioterapi.
D. Kewajiban Terhadap Pasien
1. Setiap Anggota radiografi dalam melaksanakan pekerjaan profesinya senantiasa memelihara suasana dan lingkungan dengan menghayati nilai-nilai budaya, adat istiadat, agama dari penderita, keluarga penderita dan masyarakat pada umumnya.
 2. Setiap Anggota radiografi dalam melaksanakan pekerjaan profesinya wajib dengan tulus dan ikhlas terhadap pasien dengan memberikan pelayanan terbaik terhadapnya. Bila ia tidak mampu atau menemui kesulitan, ia wajib berkonsultasi dengan teman sejawat yang Ahli atau Ahli lainnya.
3. Setiap Ahli radiografi wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahui baik hasil pekerjaan profesinya maupun dari bidang lainnya tentang keadaan pasien, karena kepercayaan pasien yang telah bersedia dirinya untuk diperiksa.
4. Setiap Ahli Radiografi wajib melaksanakan aturan kebijakan yang telah digariskan oleh Pemerintah di dalam bidang kesehatan.
5. Setiap Ahli Radiografi demi kepentingan penderita setiap saat bekerja sama dengan anggota lain yang terkait dan melaksanakan tugas secara cepat, tepat dan terhormat serta percaya diri akan kemampuan profesinya.
 6. Setiap Ahli Radiografi wajib membangun hubungan kerja yang baik antara profesinya dengan profesi lainnya demi kepentingan pelayanan terhadap masyarakat
E. Kewajiban Terhadap Diri Sendiri
1. Setiap Anggota Radiografi harus menjaga kesehatan dan keselamatan dirinya baik terhadap bahaya radiasi maupun terhadap penyakitnya.
2. Setiap Anggota Radiografi senantiasa berusaha meningkatkan kemampuan profesinya baik secara sendiri-sendiri maupun bersama dengan jalan mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi, meningkatkan keterampilan dan pengalaman yang bermanfaat bagi pelayanan terhadap masyarakat.










Tabung Sinar-X

Tabung Sinar-X


Gambar : tabung sinar-x
Tabung sinar-X adalah ruang hampa yang terbuat dari kaca tahan panas yang merupakan tempat sinar-X diproduksi. Tabung sinar x adalah komponen yang utama yang ada pada pesawat sinar-x.
v Syarat-syarat terjadinya sinar-x pada tabung adalah
1.      Sumber Elektron
2.      Gaya pemercepat elektron
3.      Ruang yang hampa udara
4.      Alat pemusat berkas elektron
5.      Benda penghenti gerakan elektron/target
v Komponen-komponen utama tabung sinar x adalah
1.    Katoda / elektroda negatif (sumber elektron)
2.    Anoda / elektroda positif (acceleration potential)
3.    Focusing cup
4.    Rotor atau stator (target Device)
5.    Glass metal envalope (vacum tube)
6.    Oil
7.    Window
A.   katoda
Katoda terbuat dari nikel murni dimana celah antara 2 batang katoda disisipi kawat pijar (filamen) yang menjadi sumber elektron pada tabung sinar-X. Filamen terbuat dari kawat wolfram (tungsten) digulung dalam bentuk spiral. Bagian yang mengubah energi kinetik elektron yang berasal dari katoda adalah sepotong logam wolfram yang ditanan pada permukaan anoda. Arus yang diberikan pada tabung sinar-X dalam kisaran milliamper (mA) berfungsi untuk memijarkan filamen sehingga terbentuk awan elektron pada filamen. Selanjutnya beda potensial dalam kisaran KiloVoltage (KV) berfungsi memberikan energi kinetik pada elektron-elektron tersebut.
B.        Anoda
Anoda atau elektroda positif biasa juga disebut sebagai target jadi anoda disini berfungsi sebagai tempat tumbukan elektron. Ada 2 macam anoda yaitu anoda diam dan anoda putar. Anoda angel (sudut anoda) adalah sudut pada permukaan bidang target yang dapat dijadikan pusat sumbu sinar yang terbentuk pada bidang atau area terbentuknya sinar-x.
Optimal anoda angle tergantung pada aplikasi klinis pemeriksaan:
1. Small anoda angle 7-9 derajat digunakan untuk ukuran objek pemeriksaan yang membutuhkan small field-of-view (FOV) image reseptor misalnya pada pesawat sinar-x untuk cineradiography dan pesawat angiographic dimana pada pesawat ini ada keterbatasan image intensifier (II) diameter hanya maksimal 23 cm.
2.   Large anoda angle 12-15 derajat digunakan untuk general radiographic
C.   Foccusing cup
Fucusing cup ini sebenarnya ada pada katoda yang berfungsi sebagai alat untuk mengarahkan elektron secara konvergen ke target agar elektron tidak terpancar ke mana-mana.

D.       Rotor atau stator
Rotor atau stator ini terdapat pada bagian anoda yang berfungsi sebagai alat untuk memutar anoda. Rotor atau stator ini hanya ada pada tabung sinar x yang menggunakan anoda putar.
E.        glass metal envalope (vacum tube)
Glass metal envalope atau vacum tube adalah tabung yang gunanya membukus komponen penghasil sinar x agar menjadi vacum atau kata lainnya membuat ruang hampa udara.
F.         Oil
Oil ini adalah komponen yang cukup penting ditabung sinar x karena saat elektron-elektron menabrak target pada anoda, energi kinetik elekron yang berubah menjadi sinar-X hanyalah ≤ 1% sisanya berubah menjadi panas mencapai 2000 0C, jadi disinalah peran oil sebagai pendingin tabung sinar x .
G.       Window
Window atau jendela adalah tempat keluarx sinar x. window terletak di bagian bawah tabung. tabung bagian bawah di buat lebih tipis dari tabung bagian atas hal ini di karenakn agar sinar x dapat keluar.
(Fisikanesia). Petir adalah aliaran muatan listrik di udara bertekanan satu atmosfer. Agar dapat menembus udara dengan tekanan itu, diperlukan kuat medan listrik yang besarnya 30.000 V / cm. Di dalam tabung bertekanan kurang dari 1 atmosfer, aliran muatan listrik dapat terjadi pada kuat medan listrik kurang dari 30.000 V / cm. Tahun 1855, H. Geissler berhasil menemukan teknik penghampaan atau pemvakuman udara, sehingga tekanan dalam tabung menjadi sangat rendah, sampai pada tekanan 0,01% dari tekanan udara normal, yang berarti sama dengan 0,00001 atmosfer. Penemuan Geissler ini sangat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan selanjutnya.

Penemuan Geissler selanjutnya digunakan oleh Julius Plocker untuk melakukan percobaan. Sebuah tabung berisi gas diberi elektroda positif (anoda) dan elektroda negatif (katoda) pada ujung-ujungnya. Jika elektroda-elektroda dihubungkan dengan sumber tegangan tinggi molekul-molekul gas akan ter-ionkan menjadi muatan positif dan muatan negatif. Peristiwa ini sering disebut stripping gas (discharge). Adapun instrumen yang digunakan sering disebut tabung lucutan.
Plocker menghampakan tabung lucutan. Kemudian memberi tegangan tinggi pada kedua elektrodanya. Amperemeter dipasang untuk memantau arus. Karena tidak ada gas di dalamnya, maka diharapkan tidak ada arus yang mengalir. Ternyata hasilnya lain, yaitu ada arus. Yang lebih mengherankan lagi, dinding tabung di belakang anoda berpendar mengeluarkan cahaya hijau pucat. Plocker tidak dapat menjelaskan kedua peristiwa itu.
Pada tahun 1875, Sir William Crookes berusaha menyelidiki sifat-sifat sinar kehijauan itu Ia menggunakan tabung yang dibelokkan tegak lurus. Sinar kehijauan muncul pada bagian tabung yang langsung berhadapan dengan katoda. Akhirnya, ia menyimpulkan bahwa ada sesuatu yang keluar dari katoda. Eugene Goldstein menamakannya sinar katoda.
Penelitian selanjutnya terhadap sinar katoda, akhirnya ditemukan sifat-sifat sinar katoda, yaitu:
Tidak tergantung pada material / bahan katoda. Sifat ini tidak berubah ketika katoda diganti dengan bahan-bahan yang berbeda;
Merambat lurus. Ketika diberi penghalang, ternyata menghasilkan bayangan dibelakangnya;
·          Dapat dibelokkan oleh medan listrik;
·          Dapat dibelokkan oleh medan magnet;
·          Dapat menyebabkan terjadinya reaksi kimia, misalnya dapat mengubah warna garam perak;
·          Dapat memendarkan sulfida seng dan barium platina sianida;
·          Dapat menghasilkan panas;
·          Dapat menghilangkan pelat foto
·          Dapat menghasilkan sinar X
Karena dapat dibelokkan oleh medan listrik dan medan magnet, maka sinar katoda adalah partikel bermuatan listrik, tepatnya bermuatan listrik negatif yang selanjutnya diberi nama elektron. Silahkan lanjut ke Contoh Penerapan Teknologi Tabung sinar katoda.
1.2 Proses terjadinya sinar x adalah sebagai berikut:
a.     katoda (filament) dipanaskan (besar dari 20.0000C) sampai menyala dengan mengalirkan listrik yang berasal dari transformator.
b.      Karena panas electron-elektron dari katoda (filamen) lewatkan.
c.     Sewaktu dihubungkan dengan transformator tegangan tinggi, elektron-elektron gerakannya dipercepat menuju anoda yang berbasis di focusing cup.
d.    Awan-awan elektron mendadak dihentikan pada target (sasaran) sehingga terbentuk panas (99%) den sinar x (1%)
e.     Pelindung (perisai) timah akan mencegah keluarnya sinar x, sehingga sinar x yang terbentuk hanya dapat keluar melalui jendela.
f.      Panas yang tinggi pada target (sasaran) akibat benturan electron dihilangkan dengan radiator pendingin.
Ringkasan terjadinya sinar x, melalui generator yang membuat aliran listrik dengan potensial tinggi, logam pijar molybdenum memijar, pada saat tertentu logam pijar tersebut menghasilkan awan elektron (logam pijar molybdenum disebut sebagai filamen) pada suhu tertentu serta saat tertentu pula electron-elektron tertarik ke anoda (anoda adalah unsur radioaktif barium platina sianida atau tungsten carbide). Dengan kata lain bila anoda dibombardir oleh electron, akan timbul pancaran sinar radiasi Roentgen atau sinar x, kondisi ini terjadi di dalam tabung vakum Coolidge.
1.3      Terbentuknya Sinar-X pada Pesawat Sinar-X

Untuk kebutuhan diagnostik sendiri, citra (image) sinar-X diperoleh pada permukaan film fotografi. Citra terbentuk karena terjadi perbedaan intensitas sinar-X yang datang (sampai) ke film setelah di'lewat'kan melalui bagian tubuh yang difoto. Bagian tubuh yang lebih rapat dan mengandung unsur kimia tertentu dapat bereaksi dengan sinar-X dan menyebabkan kuantitas sinar-X yang sampai ke film menjadi berkurang. Contoh kasusnya adalah pada pemotretan organ tulang. Tulang mengadung banyak unsur kimia kalsium (Ca) dan unsur kalsium menyerap banyak partikel sinar-X sehingga menyebabkan berkurangnya sinar-X yang tiba di film pada daerah yg terhalangi tulang tersebut. Hasilnya adalah citra berwarna putih sebagai gambaran tulang pada film, sedangkan organ lainnya akan dilewatkan begitu saja dan menghitamkan film.


Sebuah foto sinar-X (radiograf) diambil oleh Rontgen
Pada aplikasinya, penciptaan sinar-X tak lagi mengandalkan mekanisme tabung Crookes, melakinkan dengan menggunakan pesawat sinar-X modern. Pesawat sinar-X modern pada dasarnya membangkitkan sinar-X dengan mem'bombardir 'target logam dengan elektron berkecepatan tinggi. Elektron yang berkecepatan tinggi tentunya memiliki energi yang tinggi, dan karenanya mampu menembus elektron-elektron orbital luar pada materi target hingga menumbuk elektron orbital pada kulit K (terdekat dengan inti).
Elektron yang tertumbuk akan terpental dari orbitnya, meninggalkan hole pada tempatnya semula. Hole yang ditinggalkannya itu akan diisi oleh elektron dari kulit luar dan proses itu melibatkan pelepasan foton (cahaya elektromagnetik) dari elektron pengisi tersebut. Foton yang keluar itulah yang kemudian disebut sinar-X, dan keseluruhan proses terbentuknya sinar-X melalui mekanisme tersebut disebut mekanisme sinar-X karakteristik.
Adapun mekanisme lain yang mungkin terjadi adalah emisi foton yang dialami oleh elektron cepat yang dibelokkan oleh inti atom target atas konsekuensi dari interaksi Coulomb antara inti atom target dengan elektron cepat. Proses pembelokkan ini melibatkan perlambatan dan karenanya memerlukan emisi energi berupa foton. Mekanisme ini disebut Bremsstrahlung (bahasa Jerman dari 'radiasi pengereman').


Ilustrasi proses terbentuknya sinar-X baik Bremsstrahlung maupun sinar-X karakteristik.